Setelah demonstrasi besar pada Rabu, 21 Maret 2012, aksi demonstrasi
kembali akan mengepung Jakarta Selasa, 27 Maret 2012 mendatang. Sejumlah
buruh dari Tangerang dan Bekasi, dan juga mahasiswa akan melakukan
demonstrasi di sejumlah titik di Jakarta.
Data sementara dari
kepolisian, sekitar 4.000 orang akan berunjuk rasa pada Selasa nanti.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Rikwanto
menjelaskan kepolisian telah mengantisipasi demo itu. "Mereka diwajibkan
untuk memberitahu siapa korlap, jumlahnya berapa, apa saja alat
peraganya, berangkat dari mana nantinya akan kita kawal," kata Rikwanto
di Polda Metro Jaya, Minggu 25 Maret 2012.
Sejumlah tempat
sasaran unjuk rasa, kata Rikwanto yakni gedung DPR, Bunderan Hotel
Indonesia dan Monas. Dalam pengamanan demo itu, lanjut Rikwanto,
pihaknya akan meminta bantuan dari TNI sebanyak 15 Satuan Setingkat
Kompi (SSK). Sedangkan polisi yang diterjunkan mengamankan demo itu
berjumlah 22 ribu personel gabungan dari Polda Metro Jaya, Polres,
Polsek, dan BKO Mabes Polri.
Pengamanan itu, lanjut Rikwanto,
dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama mengamankan jalannya demo
di kantor Pemerintahan, sedangkan kelompok kedua mengantisipasi demo di
SPBU. "Kita mengantisipasi kelancaran distribusi BBM. Jangan sampai ada
kelangkaan BBM baik keterlambatan, baik SPBU itu sendiri jangan sampai
dibilang habis kalau ada," kata dia.
Sebelumnya, pada aksi demo pada Rabu, 21 Maret 2012
dihadiri ribuan demonstran mengepung Bundaran HI, Istana Negara, dan
DPR RI. Jalan di depan gerbang istana negara dipagari kawat berduri.
Sempat terjadi insiden dorong-mendorong antara polisi dan buruh
demonstran, ketika massa menuju Istana dari arah Jalan Merdeka Barat.
Polisi di lingkungan Istana, ikut keluar. Sejumlah pasukan TNI juga
berjaga-jaga di Istana Negara.
Penjagaan TNI itu membuahkan
tudingan bahwa TNI dilibatkan dalam penanganan aksi unjuk rasa di depan
Istana Negara. Tapi Menteri Koordinator Bidang Hukum Politik dan
Keamanan, Djoko Suyanto menjelaskan bahwa keberadaan TNI di depan
Istana sewaktu unjuk rasa itu adalah menjaga objek vital.
Djoko
menjelaskan, ada beberapa objek vital yang mesti dijaga oleh TNI,
diantaranya istana, jalan tol, bandara, dan stasiun. "Belum terlibat
dalam penanganan dan belum ada pengerahan kekuatan. TNI hanya mendekat
objek vital di mana potensi ancaman sudah ada," kata Djoko dalam
penutupan Jakarta International Defense Dialogue di Jakarta Convention
Centre (JCC), Jakarta, Jumat, 23 Maret 2012.
Saat demo itu,
menurut Djoko, jumlah kelompok pengunjuk rasa meluas dan berpotensi
menjadi gangguan. Langkah pencegahan, kata dia, mesti dilakukan agar
tidak terjadi berbagai hal-hal yang tak diinginkan. Berkaca dari
pengalaman sebelumnya, pengunjuk rasa cenderung merusak jika TNI
terlambat datang. "Bukan mengambil alih peran Polri. Jadi, TNI belajar
dari pengalaman. Polri tetap ada di depan untuk penanganan," ujarnya.
Kendati
demikian, Djoko menjelaskan, Pemerintah memberi ruang dan waktu kepada
siapa pun untuk melakukan unjuk rasa, asal tidak melanggar hukum, atau
kerusuhan, serta kerusakan. Soalnya di luar kelompok yang menggelar
unjuk rasa, tambah Djoko, masih ada kelompok masyarakat lain yang jauh
lebih besar yang melakukan aktivitas mereka sehari-hari. "Jangan sampai
mereka terganggu."
Demonstrasi menolak kenaikan BBM tak hanya dilakukan di Indonesia,
namun juga di luar negeri. Sekitar 50 tenaga kerja Indonesia (TKI) yang
bekerja di Hong Kong juga menggelar demo pada saat kunjungan presiden
Susilo Bambang Yudhoyono ke Hong Kong.
Salah satu warga negara
Indonesia (WNI) yang sedang berada di sana, Bagus, mengatakan pendemo
mendatangi hotel tempat Presiden SBY menginap, Hotel Island Shangri-La,
Hong Kong, Minggu 25 Maret 2012 jam 10 pagi waktu setempat. Tak hanya
menolak kenaikan BBM, namun demonstran juga meminta SBY agar bertemu
buruh migran.
Bertepatan Sidang Paripurna
Di Gedung DPR, pembahasan subsidi BBM di Badan Anggaran juga
berlangsung alot. DPR dan pemerintah harus rapat di hari libur, yaitu
Sabtu dan Minggu (24-25 Maret 2012) untuk membahas subsidi BBM. Dalam
rapat itu, ada tiga opsi yang diajukan DPR kepada pemerintah yaitu
pertama subsidi energi Rp225 triliun dengan adjusment kenaikan BBM
berada ditangan pemerintah.
Opsi kedua, subsidi energi sebesar
Rp178 trilun karena harga minyak mentah Indonesia sudah mencapai Rp105
triliun, dengan tidak mencabut pasal 7 ayat 6 yang menyatakan pemerintah
tidak dapat melakukan perubahan harga BBM. Selain itu, subsidi listrik
tetap sesuai dengan ketentuan hasil rapat komisi VII dan kementerian
ESDM yaitu sebesar Rp65 trilun.
Opsi ketiga ditawarkan Banggar
adalah subsidi energi sebesar Rp178 trilun ditambah Rp65 trilun sesuai
dengan ketentuan hasil rapat komisi VII dan ESDM, dengan cadangan resiko
fiskal untuk listrik sebesar Rp26,6 trilun agar PLN surat utang mereka
tidak default.
Pemerintah sendiri meminta anggaran
subsidi BBM sebesar Rp137 triliun dengan kenaikan harga BBM sebesar
Rp1.500 per liter. "Artinya kita bisa melakukan pengendalian BBM dan
anggaran kita tidak semua harus membiayai peningkatan jumlah BBM
bersubsidi yang begitu besar," kata Menteri Keuangan Agus Martowardojo.
Pembahasan
ini harus segera diketok agar bisa dibawa ke Sidang Paripurna yang
direncanakan Selasa 27 Maret 2012 atau Kamis, 29 Maret 2012. Momen
pengesahan RUU APBN-P 2012 inilah yang diperkirakan akan diramaikan oleh
unjuk rasa penolakan kenaikan BBM.(np)
Senin, 26 Maret 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar